Selasa, 07 Desember 2010

try hard

gue g tau kapan terakhir buka blog ini...yah munkin setengah taunan kaleee...*lebay n ddramatisir..ahhaha gue tau lu nyesel kenal sama gue...
yahh its okay
tp yang lebih pahit buat gue kenapa gue harus kenal dia kalo gue emang bikin dia sakit. gue emang berusaha keras buat dia ngga sakit...tapi karena keegoisan gue yang memaksa dia, dari pertama gue kenal gue udah selalu ngingetin diri sendiri untuk jangan sampai kehilangan dia...i think she's an extraordinary for me...so ibelieve that she's the one...
jujur gue g suka nulis

cuma bingung mau ngapain...
zzzzz
laporan magang gue aja blom kelar2 padahal udah deadline
ahhhh
WTF...
gue lagi g mood buat ngerjain...
cuma gara2 gue udah penat g tau mau sapa lagi yang pengen gue curhatin...(karena udah banyak)

dia bahagia dengan orang lain...
sulit anget buat ikhlasinnya
tp gue berusaha keras...meski kadang tiap malem cuma bengong liatin foto lu..ahhaha
bego banget ye gue...
zzzzzzz
n gue berusaha keras! biar dia bahagia ama orang lain, ati nyesekkk,insomnia, maag kambuh (yang terakhir boong)...mungkin Allah ngasih jalan ini biar dia g gue sakitin terus
karena gue sayang dia.
keep smile even if you hurts...

3 komentar:

  1. ada salah satu buku yang gw baca di tanggal
    8 desember 2010

    art of loving by erich fromm
    seorang yahudi.
    hmm...


    gw benci kata2nya.. tapi gw terusin baca itu buku.
    menurut erichh... Cinta itu seni, ia butuh pengetahuan dan perjuangan

    The Art of Loving. Fromm menolak jauh-jauh bahwa anggapan cinta hanya sebentuk perasaan menyenangkan, menurutnya cinta adalah seni, ia butuh pengetahuan dan perjuangan.

    Mengapa cinta butuh pengetahuan? Pertama, kita harus melihat anggapan mengenai cinta dalam masyarakat. Masyarakat umumnya menganggap remeh masalah cinta, cinta baru datang saat ada objek yang tepat dicintai. Padahal, masyarakat jelas membutuhkan cinta. Buktinya larisnya film, lagu mengenai cinta entah itu menyedihkan atau menyenangkan.

    Pun dalam masalah cinta, kebanyakan orang lebih melihat bagaimana caranya dicintai (to be loved) bukan bagaimanaia mencintai atau bagaimana kemampuan mencintai. Demi tujuan ini entah lelaki atau wanita banyak menempuh cara untuk bisa menjadikan dirinya menarik. Lelaki biasanya melakukannya dengan bekerja keras supaya mendapatkan uang, status, kuasa. Perempuan biasanya bersolek, membuat diri semenarik mungkin. Padahal, apa yang dimaksud dengan menarik pada dasarnya adalah campuran popularitas dan daya tarik seksual.

    Kedua, persoalan cinta dewasa ini hanya dianggap persoalan objek bukan tentang kemampuan, persoalan mencintai adalah masalah sepele namun mencari objek untuk dicintai adalah persoalan yang rumit dan kompleks.

    Dahulu, kebanyakan keadaan masyarakat cinta bukan merupakan sebuah pengalaman spontan yang bisa berlanjut begitu saja ke jenjang perkawinan. Untuk menuju perkawinan banyak pagar-pagaryangharus dilewati semisal; keluarga, perantara atau pertimbangan-pertimbangan social lainnya.

    Kini, walaupun aturan-aturan konvensional itu masih ada yang bertahan di sejumlah kelompok masyarakat. Namun, tak sedikit pula orang yang memburu ‘cinta romantis’, yaitu sebentuk pengalaman cinta personal yang diharapkan berakhir dalam perkawinan. Konsep ini yang kemudian memuat kebebasan dalam mencintai yang turut pula memperbesar arti pentingnya objek cinta ketimbang fungsi cinta.

    (kita telah kehilangan fungsi cinta...)

    Ketiga, bagaimana seseorang mencintai sangat tergantung kondisi zamannya. Di tengah arus modernitas ini oarng-orang biasanya menemui kesenangannya saat memandangi etalase-etalase toko dengan didasari nafsumembeli dan menukar. Semua harus memiliki nilai sosialnya, begitu pula cara manusia modern memandang sesamanya.

    Contohnya, pada tahun 1920-an di Amerika seseorang wanita dianggap menarik saat ia minum-minum, merokok, terlihat seksi dan ulet. Kini wanita yang menarik adalah wanita yang pintar, pemalu, betah di rumah. Intinya perasaan jatuh cinta biasanya berkembang karena adanya komoditas-komoditas yang bisa dipertukarkan. Sang ‘aku’ selalu berada diluar bargain, karena segala sesuatu dinilai berdasar nilai sosialnya.

    BalasHapus
  2. Mengapa manusia mencintai, bisakah manusia hidup tanpa cinta? Setiap manusia niscaya akan mencinta, karena teori tentang cinta dimulai dengan teori tentang manusia, tentang eksistensi manusia.

    Manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya , akan diri sesamanya, akan masa silam, serta kemungkinan-kemungkinan di masa depan. Manusia juga memiliki kesadaran akan dirinya sebagai entitas yang terpisah serta kesadaran akan jangka hidupnya yang pendek. Fakta mengenai ia lahir diluar keinginannya, mati mendahului atau didahului orang yang mereka cintai, kesadaran akan kesendirian, kelemahan menghadapi kekuatan alam dan masyarakat.

    Semua kenyataan itu membuat keterpisahan manusia. Eksistensinya tidak bersatu(disunited Existence) sebagai penjara yang menyakitkan. Manusia akan jadi gila bila ia tak mampu keluardari penjara ini, ia harus mencaripertalian baru dengan manusia lain, dengan dunia lain.
    ( satu point penting tentang ini semua.. KETERPISAHAN)

    Bahkan Hawa diciptakan setelah Adam diciptakan dengan analogi, diambil dari tulang rusuk Adam. Gambaran mengenai keterpisahan jelas terlihat saat Adam dan Hawa bertemu pertama kali. Mereka merasa asing, malu, juga rasa bersalah. Karena, kesadaran akan keterpisahan manusia tanpa adanya penyatuan kembali oleh cinta ini-menjadi sumber dari rasa malu sekaligus sumber rasa bersalah dan kecemasan.

    Jawaban atas keterpisahan ini adalh dengan pencapaian kesatuan interpersonal dengan orang lain yang sering disebut cinta. Hasrat akan kesatuan interpersonal adalah dorongan yang paling kuat yang ada dalam diri manusia. Walaupun begitu pencapaian penyatuan interpersonal bukan hanya dapat diperoleh lewat cinta. Penyatuannya bisa melalui banyak cara yang sering diasosiasikan dengan bentuk-bentuk cinta.

    Fromm juga menyaratkan beberapa aspek dalam seni mencintai. Pertama, adalah perhatian aktif., cinta adalah perhatian aktif kepada kehidupan serta perkembangan dari yang kita cintai-entah itu sesuatu atau seseorang. Dari perhatian dan kepedulian kemudian cinta membutuhkan aspek lagi yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab bukan berarti sebuah beban yang harus dipikul seseorang, menurut Fromm tanggung jawab justru merupakan sebuah kerja bersifat sukarela.tanggung jawab hadir atas respon kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.

    Ketiga, adalah penghargaan. Sebuah tanggung jawab bisa mudah menjadi dominasi penghargaan dialpaakan. Penghargaan juga bukan berupa keterpesonaan, ia berbentuk sebuah pemberian kebebasan terhadap objek yang dicintai untuk tumbuh dan menjadi apapun bukan dipaksa berkembang demi hasrat atau ambisa si pecinta. Penghormatan tak akan bisa dilakukan tanpa memahami si objek cinta. Pemahaman dan pengetahuan memiliki kaitan yang fundamental terhadap dengan masalah cinta, kebutuhan untuk lepas dari penjara keterpisahan berhubungan erat dengan sifat manusia untuk mengetahui manusia itu sendiri.

    Perhatian, tanggung jawab, penghargaan serta pemahaman merupakan unsur yang saling tergantung satu sama lain. Semua merupakan sindrom yang ditemukan dalam pribadi-pribadi yang matang, pribadi-pribadi yang mampu mengembangkan kemampuan manusiawinya secara produktif, pribadi yang hanya mau memiliki atas apa yang dia usahakan sendiri, pribadi yang telah meninggalkan impian-impian narsistis tentang kemahatahuan dan kemahakuasaan.

    BalasHapus
  3. yaaah tidak ada habisnya memang,,
    satu point yang akhirnya gw simpulkan dari bab awal 'art of loving'

    manusia (bukan.. tapi gw ga tau lo yah) kehilangan fungsi cinta yang sesungguhnya. cinta bukan lagi jadi rasa perhatian, tanggung jawab, atau bukan lagi tentang bagaimana mencintai seseorang.. tapi kini didepan gw, cinta itu bagaimana dicintai.) dan gw belajar dari itu...

    belajar 'to be loving' not just 'to be loved' karena itu akan terasa sangat2 sakit.... kenapa?? karena kita masih dalam siklus KETERPISAHAN.. yang akhirnya berujung pada KEHILANGAN... hmm

    padahal harusnya kita (gw atau lo) tau bahwa... kehilangan itu ada karena kita pernah merasa memiliki, tapi.. pernahkah kita memiliki dia?? apa yang kita miliki??
    apa kebersamaan selama tiga tahun adalah kontrak untuk saling memiliki??? ternyata tidak..
    kita tidak pernah memiliki apa pun... semua milik Tuhan.

    cinta ini tetap ada. untuk nya dan untuk dia.
    tapi.. gw mau belajar untuk mencintai..

    karena cinta itu bukan hukum ekonomi yang Memberi dan menerima....
    karena cinta itu memberi...

    mencintai...

    ironis. terkesan konyol, bodoh, dan tolol.
    tapi ya itu akhirnya buat gw lebih merasa nyaman.
    biar pun dia menolak sepenuh jiwa kehadiran gw. mungkin dy jijik sama kehadiran gw, jijik sama sayang gw ke dia...
    tapi ternyata rasa ini belum padam juga...
    gw mau coba untuk matiin ini semua... tapi kenyataannya sulit. semakin gw coba gw semakijn dekat dengan api itu...

    jadi gw biarkan gw terima.... dan ga gw BAKAR lagi hingga akhirnya api itu jadi hangat untuk diri gw sendiri...


    hehehe


    *piss yan.....

    BalasHapus